Lokakarya Pengembangan Kemandirian Masyarakat dalam Kerja Sama Korea dan Indonesia di Jambi

Proyek kerja sama Korea dan Indonesia tentang Restorasi Lahan Gambut Bekas Terbakar di Jambi merupakan komitmen bersama antara Korea Selatan dan Indonesia dalam upaya mengembalikan area bekas terbakar di Hutan Lindung Gambut (HLG) Londerang dan mitigasi kebakaran hutan dan lahan di Jambi. Upaya pemulihan ekosistem gambut di sekitar HLG Londerang mengedepankan prinsip 3R sebagai komponen utamanya, yaitu Rewetting, Revegetation, dan Revitalization. Sejak tahun 2019-2022, proyek ini diimplementasikan oleh Korea-Indonesia Forest Cooperation Center (KIFC) yang dibentuk oleh  Korea Forest Service (KFS) dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dengan executing agency Direktorat Pengendalian Kerusakan Ekosistem Gambut, Ditjen PPKL-KLHK serta berkolaborasi dengan pemerintah Daerah dan Universitas di Provinsi Jambi.

Setelah melewati berbagai tantangan dan kendala selama tiga tahun untuk implementasi proyek termasuk pandemi COVID-19 pada tahun 2019-2022, proyek ini telah berhasil merevegetasi atau menanam kembali 200 hektar lahan bekas terbakar di HLG Londerang dengan jenis pohon endemik khas gambut, membangun 20 sekat kanal dan fasilitas pemantauan tinggi air gambut pendukung lainnya, mengembangkan kegiatan kemandirian desa dengan skema Desa Mandiri Peduli Gambut di 10 Desa sekitar HLG Londerang, dan membangun fasilitas pembelajaran ekosistem gambut yaitu Mini Education Center di Taman Hutan Kenali.

Upaya pengembalian fungsi ekosistem gambut tidak hanya menekankan aspek ekologi saja, tetapi sangat penting untuk memperhatikan aspek sosial dan ekonomi masyarakat sekitar ekosistem gambut. Salah satu kegiatan utama dalam proyek ini adalah Pengembangan Kemandirian Masyarakat di 10 Desa melalui pelaksanaan Rencana Kerja Masyarakat (RKM) oleh Tim Kerja Pengendalian dan Pengelolaan Ekosistem Gambut (TK-PPEG) dan didampingi fasilitator desa dan Tim Pendamping Fakultas Pertanian Universitas Jambi. Adapun 10 desa intervensi tersebar di Kabupaten Muaro Jambi (Desa Rukam, Desa Londerang, Desa Rukam, Desa Manis Mato, dan Desa Rantau Panjang) dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Desa Parit Culum 1, Desa Teluk Dawan, Desa Jati Mulyo, Desa Koto Kandis Dendang, dan Desa Rawa Sari). Desa-desa tersebut telah melaksanakan RKM yang disusun berdasarkan hasil Identifikasi Masalah dan Analisis Solusi (IMAS) sepanjang tahun 2022 dengan memperhatikan tiga aspek yaitu mendukung pemeliharaan ekosistem gambut, memberdayakan masyarakat desa, dan memberikan dampak peningkatan ekonomi. Adapun bentuk usahanya mencakup perikanan (bioflok, keramba, kolam ikan), peternakan (kambing dan ayam Joper), pertanian (pisang cavendish, pinang, nanas), makanan (donat, keripik, jahe), serta kerajinan batok kelapa.

Pada 8 Maret 2023 yang lalu, KIFC mengadakan Lokakarya Pengembangan Kemandirian Masyarakat sebagai bentuk dukungan mempersiapkan TK-PPEG mengembangkan kegiatan setelah masa proyek. Lokakarya ini dihadiri oleh Direktur KIFC, Mr. Cho Junkuy dan dalam sambutannya menekankan pentingnya pemberdayaan masyarakat sekitar gambut sebagai kunci menjaga ekosistem gambut. Selain itu beliau juga menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada TK-PPEG, fasilitator desa, Universitas Jambi, dan pemerintah daerah sepanjang pelaksanaan kegiatan ini.

Kegiatan ini juga dihadiri oleh Kabid Daerah Aliran Sungai dan Rehabilitasi Hutan dan Lahan, Dinas Kehutanan Provinsi Jambi, dan dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan revitalisasi yang diinisiasi KIFC telah mendorong peningkatan ekonomi masyarakat dengan melihat kesesuaian potensi desa dan hal ini selaras dengan RPJMD Provinsi Jambi periode 2021-2026. Selain itu, 10 desa ini dapat memiliki usaha desa mandiri dan dapat menjadi percontohan kepada masyarakat lain serta diharapkan kerusakan dan tekanan terhadap lahan gambut dapat berkurang. Selain itu, Kabid Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL), Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jambi dalam sambutannya menyampaikan pentingnya kemampuan pemasaran yang baik dalam kegiatan pemberdayaan kedepannya.  

Pada kesempatan ini, pakar dan pemerhati pengembangan potensi masyarakat, Dr. Owin Jamasy memaparkan hasil kajian formatif yang sudah dilaksanakan pada Desember 2022 yang lalu dari 10 desa intervensi. Hasil kajian formatif tersebut menunjukkan bahwa kesepuluh desa sedang dalam tahap berkembang. Disamping itu, beliau menyampaikan bahwa, KIFC telah berhasil menggunakan model kolaborasi dengan menggandeng berbagai pihak di provinsi jambi serta berusaha menghubungkan desa dengan pemerintah provinsi terkait.  Hasil kajian ini sudah dipublikasi dalam jurnal internasional dan dapat dicari di internet dengan judul “Analysis of Stakeholders Collaboration Model and Its Impact on Improving Human and Natural Resources in the Independent Village Peat Care”.

Melalui ini lokakarya ini, kesepuluh ketua TK-PPEG diberikan kesempatan untuk memaparkan capaian, kendala, dan rencana pengembangan kegiatan kedepannya. Selain itu, TK-PPEG berkesempatan mempromosikan produk berupa keripik pisang RUKAMA dan bibit pinang dari Desa Rukam, kerajinan tempurung kelapa dari Desa Koto Kandis Dendang, dan donat pelangi dari Desa Teluk Dawan.

Dalam sesi pemaparan lesson learnt pendampingan kemandirian masyarakat oleh tim Universitas Jambi menyimpulkan bahwa kesadaran atau awareness terhadap kebutuhan desa, potensi pengembangan, dan potensi timbulnya resiko menjadi hal utama yang harus dimiliki oleh setiap TK-PPEG dalam menjalankan program serupa. Selain itu, dalam pengelolaan modal sangat penting melihat dukungan proyek sebagai suatu modal untuk kemajuan desa bersama-sama dan bukan sebagai barang konsumsi pribadi.

Scroll to Top